15 Juli 2009

Inspirasi dari Jade Norman, Eks Gelandangan yang Kini Mahasiswi Cambridge

Hamil di Usia 15 Tahun, Diusir karena Menolak Aborsi

Sumber: Jawapos, Selasa 14 Juli 2009

Berjuta masalah yang menghantam tak menghalangi Jade Norman menggapai prestasi. Dia berharap bisa memboyong keluarga ke asrama kampus.

---

JADE Norman masih sering tidak percaya pada apa yang dinikmati­nya kini. Duduk di perpustakaan, belajar di taman, dan menjadi mahasiswi perguruan tinggi nan prestisius sekaligus tertua kedua di dunia, Universitas Cambridge.

"Saya sering sekali berpikir saat berada di perpustakaan sambil memandangi taman, bagaimana semuanya ini bisa terjadi? Apa yang saya lakukan disini," katanya kepada Daily Mail kemarin (13/7).

Keheranan Norman itu wajar. Sebab, jalan hidup yang harus dia lalui untuk bisa sampai pada keadaan seperti sekarang memang sungguh berliku. Menginjak usia tiga tahun, Norman sudah harus merasakan pahitnya hidup. Orang tuanya bercerai dan pengadilan menyerahkan hak asuhnya kepada sang ibu.

Tapi, Norman yang mulai menginjak usia praremaja sering berselisih paham dengan sang ibu. Maka, pada usia 11 tahun, dia minggat. Gadis asal Bedford, kawasan timur Inggris, itu lantas tinggal bersama sang ayah.

Saat keluarga sudah tidak lagi menjadi masalah, ganti sekolah yang tidak bersahabat dengannya. Norman yang masih belia sering menjadi korban bullying teman-temannya. Kondisi itu sangat memengaruhi kemampuan akademiknya.

Sampai-sampai, pada usia 14 tahun, dia dikeluarkan dari sekolah. Putus sekolah, Norman kemudian tinggal bersama kakek-neneknya di Essex. Berharap membuka lembaran baru yang jauh lebih baik di sekolah dan lingkungan baru, Norman justru semakin terpuruk. Lagi-lagi, dia gagal ber­prestasi di sekolah. Lebih parah lagi, dia hamil di luar nikah pada usia 15 tahun.

"Keluarga menyuruh saya melakukan aborsi. Tapi, saya memilih untuk mempertahankan kehamilan," ujar Norman.

Konsekuensinya, dia harus keluar dari rumah nenek dan kakeknya. Beberapa saat menggelandang di jalanan, dia akhirnya tinggal di asrama penampungan khusus kaum tunawisma dan membesarkan sendiri anaknya.

Meski sibuk menjadi orang tua tunggal, Norman tidak pernah memadamkan harapan untuk sekolah. Setelah lebih dari setahun mengurus anak, dia kembali ke jenjang pendidikan. Tapi, dewi fortuna belum berpihak kepadanya. Dia kembali hamil. Ayah si jabang bayi masih tetap sama. Yakni, kekasih masa remaja yang berusia dua tahun lebih tua darinya, Henry Uko.

Dengan dua anak, Jacey dan Christian yang kini berusia enam dan tiga tahun, Norman tetap semangat mengejar ketertinggalan dalam studi. Semangat belajar ibu muda itu sukses mengantarkannya menjadi mahasiswi brilian di bidang sejarah, politik dan pemerintahan, serta sosiologi. Dia pun mendapatkan beasiswa masuk ke Lucy Cavendish College, salah satu college yang menjadi bagian dari Universitas Cambridge.

"Tentu saja saya harus bekerja ekstrakeras. Tapi, saya sangat menikmati semua ini," papar mahasiswi tingkat dua tersebut.

Saat ini, Norman sedang mengajukan permohonan ke kampus untuk mendapatkan akomodasi keluarga di asrama lingkungan kampus. Dengan demikian, dia bisa tetap serius belajar sambil mengasuh putra-putrinya.

Rencananya, dia juga akan tinggal bersama Uko yang tahun ini diterima di Anglia Ruskin University. "Anak-anak saya sangat luar biasa. Jacey adalah gadis periang yang sangat baik hati. Sedangkan, Christian adalah bocah laki-laki yang punya karakter kuat dan lincah," paparnya. (hep/ttg)

Tidak ada komentar: