16 Juli 2009

Cadangan Devisa Tiongkok Membengkak

Juni Tembus Hingga USD 2,13 Triliun

sumber: Jawapos, 16 Juli 2009

BEIJING - Posisi Tiongkok sebagai pemilik cadangan devisa terbesar di dunia semakin sulit tergeser. Data yang dirilis Bank Sentral Tiongkok menyebutkan, bahwa cadangan devisa Negeri Panda itu mencapai USD 2,13 triliun per akhir Juni lalu. Bank Sentral mengklaim, angka ini meningkat 17,8 persen atau USD 186 miliar hingga pertengahan tahun ini. Cadangan devisa ini juga dikatakan lebih besar dua kali lipat dari cadangan devisa Jepang yang mencapai USD 988 miliar.

''Bulan Juni saja, cadangan devisa meningkat sekitar USD 42 miliar. Ini hampir sama dengan pertumbuhan empat kuartal tahun lalu yaitu USD 45 miliar,'' demikian penjelasan yang dfisampaikan Bank Sentral seperti dikutip Associated Press.

Para analis Tiongkok berpendapat, naiknya cadangan devisa disebabkan aliran hot money yang dibawa dari luar negeri oleh investor Tiongkok. Dana tersebut kemudian dialirkan ke bursa saham serta real estate. Karena, jika dilihat pertumbuhan dari sektor perdagangan dan investasi langsung di bulan Juni, kondisinya justru sedang merosot. ''Ya, kenaikan cadangan devisa mungkin akibat portfolio inflow yang kemudian berdampak pada bursa dan pasar properti,'' kata ekonomis Citigroup Inc Ken Peng di Beijing.

Ekspor Tiongkok sendiri, sampai Juni lalu kondisinya masih drop hingga 21,4 persen. Sedangkan surplus perdagangan mereka hanya mencapai USD 8,2 miliar. Ini yang membuat Gubernur Bank Sentral Zhou Xiaochuan mencoba mengesampingkan perubahan yang bisa terjadi secara mendadak terhadap cadangan devisa tersebut. Sementara, Perdana Menteri China Wen Jiabao juga mulai mencermati kemungkinan surat berharga Tiongkok senilai USD 763,5 miliar, yang nilainya anjlok lantaran Amerika Serikat (AS) menjual dalam jumlah yang cukup besar untuk mendanai stimulus. "Tak bisa dielakkan, Tiongkok akan melanjutkan investasinya dalam bentuk surat berharga karena curamnya skala dari cadangan devisa itu," lanjut Ken Peng,

Nah, dengan kondisi seperti itu, para petinggi Tiongkok menegaskan akan terus memperhatikan stabilitas dolar. Pasalnya, Tiongkok tercatat tercatat sebagai kreditur asing terbesar bagi AS. Mereka menyimpan hampir separuh cadangannya di sana. (jan/bas)

Tidak ada komentar: