31 Desember 2009

Kopi & Teh Perangi Diabetes Tipe 2

Sumber: okezone 29 Desember 2009
http://lifestyle.okezone.com/read/2009/12/29/27/289063/kopi-teh-perangi-diabetes-tipe-2

UNTUK mengatakan bahwa minum kopi adalah tradisi seluruh dunia rasanya tidak salah. Statistik menunjukkan, orang di seluruh dunia mengonsumsi lebih dari 400 miliar cangkir kopi setiap tahun.

Misalnya, di Amerika Serikat, 30 juta orang dewasa menjadikan kopi sebagai minuman harian, di mana hampir 7 pounds (sekira 3,2 kg) kopi dikonsumsi tiap orang per tahunnya. Penelitian baru menemukan fakta bahwa minum kopi dan teh (kafein secara keseluruhan) membantu menurunkan risiko terhadap diabetes. Demikian menurut sebuah artikel yang dimuat Sheknows.

Jangan sepelekan kebutuhan kafein

Kafein tak hanya bisa dimanfaatkan untuk menemani kerja lembur Anda. Tak ada alasan untuk mengabaikan kebutuhan kafein (meski doktor Anda mengatakan sebaliknya), sebab kajian baru mengatakan, konsumsi kopi dan teh harian berkaitan dengan pengurangan risiko diabetes.

Kajian yang dipublikasikan pada the Archives of Internal Medicine meninjau sejumlah kajian lebih kecil yang membahas topik konsumsi kopi dan teh serta efeknya terhadap kesehatan. Para peneliti memperbandingkan 18 kajian dan memperoleh statistik penelitian mencapai lebih dari 450 ribu orang. Berdasarkan data terkait, ternyata setiap penambahan konsumsi cangkir kopi per hari sama dengan pengurangan risiko diabetes tipe 2 sebesar 7 persen.

Diabetes tipe 2 umum terjadi

Diabetes tipe 2 berhubungan dengan pertumbuhan obesitas dan diet yang salah. Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang menyebabkan pankreas tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau mencegah tubuh dari mendapatkan manfaat yang diperlukan dari insulin.

Idealnya, tubuh mendapatkan energi oleh pembuatan glukosa yang berasal dari makanan, seperti roti, kentang, beras, pasta, susu, dan buah. Untuk menggunakan glukosa ini, tubuh membutuhkan insulin, sebuah hormon yang membantu tubuh mengontrol tingkat glukosa atau gula dalam darah.

Bahaya diabetes bagi kesehatan

Lebih dari 90 persen diabetesi (penderita diabetes) menderita diabetes tipe 2. Diabetes meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah kecil dan sejumlah saraf karena peningkatan level glukosa dalam darah.

Diabetes juga meningkatkan risiko pengerasan pembuluh darah besar yang menyebabkan serangan jantung, stroke, atau berkurangnya aliran darah ke kaki. Diabetes pun memberi dampak pada mata dan ginjal.

Hubungan kopi dan teh dalam pencegahan diabetes


Hasil penelitian menunjukkan bahwa minum kopi secara teratur bisa mengurangi serangan diabetes tipe 2 sebanyak 7 persen per cangkirnya. Namun, sebelum Anda ke pergi Starbucks untuk memesan Venti Bold, Anda perlu tahu bahwa ada batasan minum kopi yang masih bisa ditolerir.

Takaran yang disarankan adalah 4 atau 5 cangkir (8 ons) kopi per hari. Meminum 4 cangkir kopi mampu mengurangi risiko diabetes tipe 2 sekira 25 persen dibandingkan orang yang tidak minum kopi sama sekali. Sebagai catatan, Venti Bold milik Starbucks berukuran 20 ons.

Teh juga punya manfaat sama


Kajian terbaru menemukan fakta bahwa teh juga memberikan manfaat yang sama seperti kopi. Minum sekira 4 atau 5 cangkir (8 ons) teh setiap hari akan menurunkan risiko diabetes tipe 2 sekira 25 persen dibandingkan orang yang tidak pernah minum teh.

Seperti kopi, manfaat kesehatan lainnya juga selalu dihubungkan dengan kebiasaan minum teh secara rutin. Kajian menekankan pada nilai antioksidan yang ditemukan pada teh hijau dan teh hitam untuk mengurangi risiko gastric (berhubungan dengan lambung), kanker kulit, serta kanker tenggorokan. Sejumlah manfaat ini berhubungan dengan mengonsumsi rata-rata 4 atau lebih cangkir teh per hari secara teratur.
Selengkapnya...

Sehat dengan Pola Makan Tepat

Sumber: okezone, 30 Desember 2009
http://lifestyle.okezone.com/read/2009/12/30/27/289384/sehat-dengan-pola-makan-tepat

POLA makan sangat menentukan kesehatan seseorang. Dengan pola makan yang salah, berbagai macam penyakit bakal mengintai Anda. Nah, mulai sekarang terapkan pola makan sehat.

Saat ini banyak sekali penyakit yang disebabkan gaya hidup yang salah, salah satunya adalah pola makan. Konsultan kesehatan Semanggi Specialist Clinic Jakarta dr Fiastuti Witjaksono SpGK mengatakan, untuk mencegah berbagai penyakit tersebut, pola makan sehat harus diterapkan. Pola makan sehat memiliki rumus yang tepat dan akurat, yaitu 3 J: jumlah, jadwal, dan jenis. Jumlah dengan memperhatikan jumlah kalori sesuai kebutuhan. Jadwal dengan memperhatikan waktu makan. Dan untuk jenis, yang perlu diperhatikan adalah komposisi karbohidrat, protein, dan lemak harus seimbang dan konsumsi cukup buah.

”3 J ini harus diperhatikan dan menjadi patokan untuk melakukan pola makan, termasuk diet yang sehat,” ujarnya saat menghadiri acara Warna-Warni Kasih Bunda dengan tema ”Hidup Sehat Ala Bunda Aktif” yang diadakan Bua-vita.

Hal tersebut juga berlaku untuk anak-anak yang memang sebaiknya diperhatikan pola konsumsinya oleh ibu. Fiastuti menuturkan menjadi ibu berarti juga menjadi manajer keluarga, termasuk pada masalah apa yang dikonsumsi keluarga haruslah diperhatikan ibu di rumah. ”Sarankan kepada seluruh keluarga untuk makan sesuai kebutuhan,” ujar dokter lulusan Universitas Indonesia ini.

Fiastuti menjelaskan, jumlah kandungan yang disarankan aman untuk dikonsumsi tubuh adalah 55–65 persen karbohidrat dari total jumlah kalori, yang umumnya terdapat dalam beras, gandum, terigu, buah-buahan, serta sayuran.

”Jangan lupa untuk mengurangi karbohidrat simpleks seperti gula, sirup, dan makanan manis, maksimal 3–5 sendok makan per harinya,” ungkapnya.

Dan untuk asupan protein yang tepat adalah 10–15 persen dari jumlah kalori, di mana protein itu sebaiknya yang berasal dari hewani dan nabati. Untuk lemak, sebaiknya jumlah yang dikonsumsi adalah 25–30 persen dari kalori total. Hindari makanan yang berlemak, seperti gorengan, serta selalu konsumsi lemak baik.

Untuk konsumsi makanan sehat, tidak ada salahnya juga untuk mengonsumsi makanan non-fat. Pada makanan tanpa lemak, kita mengenal bahwa makanan tersebut kandungan gizinya, terutama kandungan lemak, sudah dikurangi, tetapi ternyata semua makanan tersebut tidak semuanya bebas dari kalori.

Seperti yang dikatakan Nutrition Division, Kemang Medical Care Women & Children, Putri Gita Menur SKM, bahwa semua bahan makanan mengandung kalori, termasuk makanan tanpa lemak. Kalori itu sendiri didapat berdasarkan jumlah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang terkandung dari suatu bahan makanan.

”Makanan non-fat bukan berarti bebas kalori, hanya total kalori yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan makanan biasa, karena kandungan lemak yang cenderung lebih sedikit atau bahkan tidak mengandung lemak,” papar ahli gizi yang mengambil program D-3 di Politeknik Kesehatan (Politekkes) Jakarta ini.

Putri menjelaskan, mengonsumsi makanan rendah lemak akan membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan mengurangi risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau hipertensi. Selain pola makan tak sehat, faktor lingkungan juga sangat memengaruhi kesehatan seseorang. Kini aneka zat radikal bebas menambah buruk kesehatan seseorang. Ahli gizi dari Semanggi Clinic, Plaza Semanggi, Jakarta Dr Samuel Oetoro SpGK, menekankan bahwa sangat penting sekali untuk menerapkan hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

Selain itu, berolahraga juga sangat penting agar tubuh dapat menangkal radikal bebas yang dilepaskan oleh lingkungan yang tidak bersahabat.

”Memilih menu yang akan dikonsumsi sangat baik untuk kesehatan tubuh. Oleh sebab itu, lakukanlah pola hidup yang sehat dengan makanan tepat dan mengonsumsi buah-buahan,” ungkap dokter yang berpraktik di Klinik Nutrisi, kawasan Semanggi, Jakarta.
Selengkapnya...

Kurang Tidur Berisiko Diabetes

Sumber: okezone, 31 Desember 2009 
http://lifestyle.okezone.com/read/2009/12/31/27/289730/kurang-tidur-berisiko-diabetes

HATI-HATI bagi Anda yang mengalami kurang tidur. Sebuah penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa orang yang memiliki masalah kesulitan tidur, berisiko besar terhadap penyakit diabetes.

Hal ini terungkap dari berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Chicago, Plamen Penev. Ia mengatakan, dari hasil studi yang dilakukannya, penyakit diabetes bukan hanya merupakan imbas dari gaya hidup yang tidak sehat. Termasuk di antaranya kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Ataupun kurangnya aktivitas berolahraga.

”Namun, penyakit ini juga disebabkan kurangnya jumlah jam tidur,” kata Penev. Ia melakukan observasi pada 11 sukarelawan, yang terdiri atas lima pria dan enam wanita. Usia mereka sebagian besar adalah 40 tahun.

Partisipan ini memiliki kecenderungan kelebihan berat badan dan tidak banyak melakukan olahraga, tetapi mereka dalam keadaan yang sehat. Para sukarelawan tersebut rata-rata hanya tidur di bawah delapan jam dalam satu hari.

Selama 14 hari, mereka tinggal di laboratorium. Di tempat itu mereka tidur, beraktivitas, dan melakukan diet. Tekanan darah mereka pun terus dalam pengawasan. Selama diobservasi, mereka tidak diizinkan untuk melakukan olahraga dan sengaja disediakan makanan junk food sebagai makanan mereka sehari-hari.

Selama 14 hari berikutnya, mereka diizinkan untuk tidur selama delapan setengah jam setiap hari. Sementara pada periode berikutnya, para sukarelawan ini hanya boleh tidur lima setengah jam setiap hari. Ketika waktu tidur mereka dikurangi, mereka malah tidur larut malam dan bangun pagi hari yakni pukul 06.00.

Hidangan junk food yang disediakan, kurangnya aktivitas fisik, membuat berat badan mereka semakin bertambah. Kemampuan tubuh mereka untuk memproses glukosa pun berkurang sehingga meningkatkan risiko diabetes.

Ketika dites setelah tidurnya terganggu, sensitivitas insulin para sukarelawan ini berkurang 25 persen, yang menandakan mereka butuh lebih banyak insulin untuk mengurangi kadar glukosa. Namun, pembuangan insulin tidak meningkat pada 8 sukarelawan sehingga sebagai akibatnya, terjadi kenaikan glukosa dalam darah mereka sebanyak 23 persen.

Dalam penelitian ditemukan, ketika waktu tidur mereka berkurang, gula darah sukarelawan menjadi naik. Penev mengatakan, ”Ketika gaya hidup tidak sehat dikombinasikan dengan kurangnya jam tidur, memicu timbulnya risiko kelebihan berat badan dan membuka peluang bagi munculnya penyakit diabetes,” kata Penev seperti dikutip dari webmd.com.

Penyakit diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh karena organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.


Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk mengubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

Diperkirakan, jumlah orang Amerika yang mengidap penyakit ini dalam 25 tahun ke depan akan menjadi dua kali lipatnya. Faktor utamanya adalah obesitas, hal ini berdasarkan studi yang dilakukan peneliti Elbert S Huang dari universitas yang sama. ”Jika orang tidak mengubah gaya hidup mereka, dalam dua dekade berikutnya akan ada peningkatan jumlah penderita diabetes secara masif,” kata Elbert.

Elbert memperkirakan, pada tahun 2034, sebanyak 44 juta warga Amerika akan mengidap penyakit ini. Jumlah ini meningkat dari penderita diabetes di Amerika yang mencapai 23 juta orang. Sementara biaya untuk merawat pasien diabetes, diproyeksikan naik dari USD113 miliar menjadi USD336 miliar dalam satu tahun sebelum inflasi. Angka ini akan semakin melonjak jika pasien semakin tua dan bertambah lemah untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Penyakit ini menyerang siapa saja, tanpa melihat umur ataupun jenis kelamin. Adapun jika mengira hanya orang yang menderita kelebihan berat badan yang mengidap penyakit ini, maka pikir lagi. Tidak sedikit artis Hollywood yang menderita penyakit ini. Sebut saja aktris cantik pemeran Cat Woman Halle Berry yang menderita diabetes tipe dua.

Sementara, penyanyi dari grup Jonas Brothers Nick Jonas, menderita penyakit diabetes tipe satu. Ketika divonis mengidap diabetes, gula darahnya lebih dari 700, padahal gula darah normal antara 70 hingga 120. Jonas kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit.

Sebelumnya, Jonas mengaku memiliki gejala kehilangan berat badan dan rasa haus yang sering kali. Di belakang Jonas maupun Halle, masih ada sederet figur papan atas lainnya. Seperti Larry King, Randy Jackson, ataupun Salma Hayek. Diabetes mellitus tipe satu adalah diabetes yang bergantung pada insulin Pada kondisi ini tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah insulin dependent diabetes mellitus (IDDM).

Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan remaja.

Sampai saat ini, diabetes mellitus tipe satu hanya dapat diobati dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus-menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet, dan faktor lingkungan sangat memengaruhi perawatan penderita diabetes tipe satu.

Pada penderita diabetes tipe satu haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat tes gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

Sementara, pada diabetes tipe dua, hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Hal ini karena berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitivitas (respons) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Selengkapnya...