26 Agustus 2009

Usain Bolt, Sang Sprinter Legendaris

Sumber: Kompas, Rabu, 26 Agustus 2009

Oleh Korano Nicolash LMS

Seusai memecahkan rekor dunia 200 meter atas namanya sendiri pada Kejuaraan Dunia Atletik Ke-12, di Stadion Olympic, Berlin, Jerman, Kamis (20/8), Usain Bolt yang genap berusia 23 tahun pada 21 Agustus lalu dengan rasa percaya diri tinggi menegaskan, sasarannya adalah menjadi sprinter legendaris dunia.

”Saya ingin menyampaikan bahwa tujuan saya berlari selama ini untuk menjadi sprinter legendaris. Oleh karena itu, saya tak pernah memikirkan rekor dunia. Saya juga tak membiarkan diri berada dalam suasana yang tertekan. Saya tahu apa yang harus dilakukan, semuanya tinggal dilaksanakan,” tandas Bolt.

”Saya berusaha melakukan semuanya sebaik mungkin. Saya merasa berada di jalur yang tepat untuk menjadi sprinter legendaris. Saya sungguh bahagia,” ujar pria dengan tinggi badan 196 sentimeter ini.

Keinginan Bolt menjadi sprinter legendaris dunia sudah dibuktikan sejak memecahkan rekor dunia 200 meter atas namanya sendiri. Tahun lalu dia juga beberapa kali memecahkan rekor dunia atas namanya.

Berawal pada 31 Mei 2008 dalam kejuaraan atletik di New York, Amerika Serikat. Ketika itu Bolt untuk pertama kalinya memecahkan rekor dunia atas nama rekan senegaranya, Asafa Powell. Rekor dunia Powell yang tercatat 9,74 detik pada Kejuaraan Nike dipertajam Bolt 0,02 detik menjadi 9,72 detik.

Hanya berselang tiga bulan kemudian, pada Olimpiade Beijing di Stadion Sarang Burung, Bolt kembali mempertajam rekor dunia 100 meter atas namanya sendiri, dari 9,72 detik menjadi 9,69 detik.

Tiga medali

Di Beijing, Bolt tidak hanya memecahkan rekor dunia 100 meter, tetapi juga rekor dunia 200 meter atas nama Michael Johnson, sprinter AS yang mencatat waktu 19,32 detik pada Olimpiade 1996 Atlanta.

Bolt mempertajamnya menjadi 19,30 detik, dan berselang empat hari kemudian Bolt bersama-sama rekannya, Nesta Carter, Michael Frater, dan Asafa Powell, kembali membuat rekor baru untuk nomor estafet 4 x 100 meter. Rekor sebelumnya dibuat tim estafet Inggris dengan waktu 37,73 detik, dan bertahan sembilan tahun.

Inilah kelebihan Bolt dibandingkan sprinter flamboyan asal AS, Carl Lewis, yang mampu meraih tiga medali emas sekaligus di Olimpiade Los Angeles 1984. Dia menjadi legenda karena meraih medali emas dari nomor 100 meter, 200 meter, serta nomor lompat jauh.

Sebelumnya, Jessy Owen, sprinter AS, meraih empat medali emas pada Olimpiade 1936 di Berlin. Bolt memperoleh ketiga medali emas di Olimpiade Beijing, ini sekaligus merupakan pemecahan rekor lari jarak pendek.

Bukti bahwa dirinya berada di jalur yang tepat untuk menjadi sprinter legendaris kembali dia pertontonkan pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009 Berlin yang berakhir Minggu (23/8). Pada hari kedua (Minggu, 16/8) kejuaraan utama atletik yang merupakan babak final nomor 100 meter, Bolt turun di lajur 4. Ia kembali mencuri perhatian dunia setelah mampu memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri menjadi 9,58 detik.

Tyson Gay (26), sprinter AS yang berharap mampu memberikan perlawanan kepada Bolt, tak mengecewakan. Gay berlari dengan waktu 9,71 detik. Dengan hasil tersebut, itu berarti Gay tertinggal 0,13 detik atau empat-lima meter di belakang Bolt, sekalipun waktu yang dibuat Gay menjadi rekor nasional baru untuk AS.

Kemampuan Bolt mempertajam rekor dunia atas namanya sendiri membuat orang lupa bahwa Maret lalu dia mengalami kecelakaan saat mengendarai kendaraannya di Kingston, ibu kota Jamaika. Beruntung, kecelakaan itu hanya membuat Bolt mengalami cedera ringan.

Berlatih keras

”Semua ini saya peroleh karena bekerja keras, berlatih keras, dan berusaha keras agar mampu mendapat hasil tercepat,” tutur Bolt seusai penutupan Kejuaraan Dunia Atletik Ke-12 tersebut.

Kerja keras Bolt kembali dibuktikan ketika kembali memecahkan rekor pada nomor 200 meter atas namanya sendiri. Untuk nomor ini, dia meninggalkan lawan-lawannya jauh di belakang. Percepatan yang dia lakukan atas rekor dunia itu signifikan, mencapai 0,11 detik. Ketika di Beijing, Bolt mencatat 19,30 detik dan di Berlin dia berlari dengan waktu 19,19 detik.

Medali emas ketiga Bolt kembali diperoleh dari nomor estafet 4 x 100 meter. Hanya di Berlin, Nesta Carter diganti sprinter spesialis 200 meter Jamaika lainnya, Steve Mullings.

Namun, bersama Mullings, Michael Frater, dan Powell— yang merupakan peraih medali perunggu 100 meter Berlin—tim Jamaika belum mampu memecahkan rekor dunia, seperti yang mereka lakukan di Beijing.

”Sebelum menyelesaikan nomor ini ada beberapa persoalan yang mengganggu, seperti Powell yang mengalami cedera selangkangan. Itu sebabnya dia berlari lurus agar tidak terganggu cederanya. Adapun saya menjadi pelari ketiga karena lebih bagus berlari di lintasan miring,” ungkapnya.

Apa pun hasil estafet 4 x 100 meter itu, Bolt sudah membuktikan bahwa dirinya berada di jalur menjadi sprinter legendaris dunia. Dalam dua kali kesempatan, Olimpiade dan Kejuaraan Dunia, dia meraih tiga medali emas sekaligus pemecahan rekor pribadinya.

Dari kriket

Berlari menjadi pilihan hidupnya. Lewat lari, Bolt mengantongi ribuan dollar AS. Dari Kejuaraan Dunia Atletik yang lalu, sebagai hasil pemecahan rekor, ia mendapat 320.000 dollar AS.

Pria kelahiran Trelawny, Jamaika, ini awalnya tak melirik dunia lari. Orangtuanya, Jennifer dan Wellesley, mengingat Bolt kecil yang suka bermain kriket hingga menginjak SMA William Knibb.

Namun, pelatih kriket di sekolah justru melihat bakat lari dalam diri Bolt. Dia lalu dilatih khusus oleh Pablo McNeil, mantan atlet olimpiade Jamaika, dan Dwayne Barrett. Pada Kejuaraan Dunia Yunior 2001 di Hongaria, Bolt belum mendapat medali.

Kemampuannya belum terasah, antara lain karena ia tak bisa melepaskan kebiasaan keluar malam. Namun, pada kejuaraan yunior di Kingston 2002, Bolt langsung menjadi juara dengan catatan waktu 20,61 detik di nomor 200 meter. Namanya langsung masuk tim olimpiade Jamaika.

Seusai meraih gelar di Sherbrooke, Quebec, Kanada, Bolt mulai dikenal. Bahkan ia memperoleh penghargaan dari International Amateur Athletic Federation (IAAF) sebagai atlet muda istimewa tahun 2003.

Bolt makin bersinar ketika dilatih Glen Mills tahun 2005. Mills mengajarkan pentingnya disiplin dan sikap profesional seorang atlet.

Olimpiade 2012 London masih tiga tahun lagi, tetapi Bolt sudah harus menyiapkan diri untuk mengikuti Liga Emas IAAF yang akan berlangsung di Zurich, Swiss, Jumat (28/8) ini.

Masih adakah kejutan yang bakal dia tunjukkan di Zurich? Pengamat atletik menyatakan bahwa kemungkinannya kecil mengingat kondisi Bolt masih belum pulih 100 persen. Kita tunggu saja....

Usain Bolt, Pemegang Rekor Dunia 100 Meter dan 200 Meter
sumber: Jawapos, 27 Agustus 2009

Segera Jadi Legenda

Arena atletik Olimpiade Beijing 2008 memunculkan satu nama yang amat fenomenal. Sprinter Jamaika Usain Bolt mengentak dengan tiga rekor dunia untuk melengkapi tiga medali emas yang dibawanya pulang.

---

USAIN Bolt jadi raja nomor lari jarak pendek dunia. Juara Olimpiade dan Kejuaraan Dunia sudah jadi bukti. Tapi, prestasi itu rupanya belum menjadi klimaks atas segala prestasi di dunia yang ditekuninya tersebut.

Dengan pose khas yang disebutnya sebagai pose ''Lightning Bolt'', bercanda di hadapan ratusan kamera foto dan televisi serta menyambut hangat sambutan para penonton di Olympic Stadium Berlin, Bolt kembali menjadi bintang di Kejuaraan Dunia Atletik 2009. Seperti di Beijing, Bolt mendominasi pemberitaan even tersebut berkat rekor dunia yang kembali diraihnya. Pelari 23 tahun itu memecahkan rekor atas namanya sendiri di 100 meter dan 200 meter.

Bolt mempertajam dua rekornya dengan lebih cepat 0,11 detik. Di 100 meter, catatan waktunya menjadi 9,58 detik, sementara di 200 meter jadi 19,19 detik. Tak diragukan lagi, Bolt masih layak menyandang julukan manusia tercepat di dunia atau Raja Sprint atau julukan-julukan lain yang sejenis.

Bolt datang ke Berlin melalui persiapan yang mungkin lebih keras jika dibandingkan dengan sebelum olimpiade. Beban untuk mempertahankan predikat juara jelas lebih berat baginya. Di tengah sikapnya yang hangat dan banyak bercanda, Bolt sukses menunjukkan keseriusannya yang berbuah manis.

''Tahun lalu (di Beijing) saya adalah lelucon. Tapi, saya menunjukkan kepada orang-orang tak ada lagi lelucon di sini (Berlin). Saya melakukan hampir semuanya seperti yang saya lakukan di Beijing. Memenangkan tiga emas di sini, sa­ya bangga pada diri saya,'' ujarnya. Bolt meninggalkan kesan yang mendalam di Berlin. Dengan gaya khasnya yang suka bercanda, dia membuat banyak orang di Berlin tersenyum.

"Bagi saya, tak terlalu sulit melakukan apa yang telah saya tunjukkan. Sebab, saya hanya berusaha untuk menjadi diri sa­ya sendiri dan bersenang-senang. Saya sangat ingin datang ke sini dan menunjukkan kepada siapa pun kepribadian saya. Ter­nyata, mereka suka itu,'' tutur Bolt.

Kini, jalan Bolt untuk menjadi legenda dari arena atletik makin terbuka. Dia sudah memiliki prestasi yang menakjubkan dan dikenal bersih dari hal-hal berbau kontroversi, seperti doping, yang sempat menenggelamkan atletik beberapa tahun terakhir. Karena itu, nama dan prestasinya turut mengangkat kembali pamor atletik.

''Saya belum sampai ke sana (menjadi legenda). Dari tahun ke tahun, saya harus menjadi juara lagi dan lagi,'' paparnya.

Pernyataan Bolt tersebut seakan merevisi dari pernyataannya beberapa hari sebelumnya saat di terjebak dalam euforia se­telah mencetak rekor di 200 meter. Saat itu, dengan penuh percaya diri, dia menyebut dirinya layak untuk disebut sebagai legenda lari jarak pendek.

"Saya akan menjadi legenda. Saya tidak peduli dengan rekor, tidak pula tertekan untuk itu. Saya tahu apa yang harus saya lakukan dan akan mengeksekusinya de­ngan baik," kata pelari berusia 23 tahun itu sebagai­mana di­lansir Reuters. (anton hadiyanto/diq)

Belum Puas Cuma 100 meter dan 200 Meter
Sumber: Jawapos, Kamis 27 Agustus 2009

USAIN Bolt membutuhkan tantangan lain di masa mendatang. Dia ingin menjadi pelari yang do­minan di nomor lari jarak pendek. Untuk itu, setelah menciptakan rekor dunia di nomor 100 meter dan 200 meter, Bolt mengincar rekor nomor 400 meter.

Bolt sedang menikmati kejayaan sesudah menciptakan dua rekor di Kejuaraan Dunia Atletik 2009 di Berlin, Jerman. Selain itu, dia menjadi bagian dari tim estafet 4 x 100 meter Jamaika yang juga menciptakan rekor Olimpiade.

Glenn Mills, pelatih Bolt, mengatakan kepada Radio Jamaica bahwa Bolt berambisi memecahkan rekor 400 meter yang masih dipegang oleh sprinter AS Michael Johnson. Rekor dengan catatan waktu 43,18 detik itu diciptakan Johnson pada 1999. Namun, Mills mengatakan bahwa realisasi Bolt bisa turun di nomor 400 meter baru terjadi pada 2010.

"Dalam poin karirnya saat ini, saya tak melihat ada masalah ba­gi dia (Bolt, Red) untuk ber­kon­sentrasi pada nomor 100 dan 200 meter. Jika dia tak termotivasi untuk terjun ke 400 meter, saya tak akan menekannya. Tapi, dia ingin mencobanya pada 2010," ujar Mills kepa­da Eurosport.

Menurut Mills, 2010 menjadi waktu yang tepat untuk me­ngawali kompetisi di 400 meter. Ma­sih ada dua tahun sebelum ber­langsungnya Olimpiade London 2012. Sehingga Bolt dan Mills dapat mengatur masa puncak sebelum terjun ke berbagai kompetisi sebagai persiapan menuju Olimpiade.

Sejauh ini, belum ada pelari yang memiliki rekor di tiga nomor tersebut. Bolt berpeluang menjadi orang pertama yang punya rekor di tiga nomor jarak pendek dalam waktu bersamaan. Sampai saat ini, catatan terbaik Bolt di 400 meter adalah 45,28 detik.

Sementara itu, seorang biomechanist asal Stanford University (AS), Prof Mark Denny, me­rilis sebuah penelitian tentang re­kor 100 meter. Setelah Olimpiade lalu, dia memprediksi bahwa rekor di nomor tersebut masih bisa diperbaiki hingga seperlima de­tik atau 0,20 detik di masa men­datang. Denny melihat bahwa para sprinter pria belum men­dapatkan kecepatan puncak di berbagai nomor lomba.

Saat ini, rekor Bolt di 100 meter adalah 9,58 detik. Jika di­ban­dingkan dengan rekor Bolt di Olimpiade Beijing 2008, catatan waktu tersebut lebih cepat 0,11 detik. Denny memperkirakan, suatu saat nanti ada sprinter yang mencatat waktu 9,48 detik. Artinya, Bolt tinggal 0,10 detik lagi untuk bisa mencapai puncak kecepatan sprinter pria versi Denny. (ady/diq)

Segera Rilis Buku Kisah Sukses
Sumber: Jawapos, Kamis 27 Agustus 2009

PERJALANAN Usain Bolt hingga mencapai kesuksesan terbukti telah memberikan inspirasi bagi banyak orang. Tapi, kisah yang dilakoni Bolt tersebut saat ini baru bisa diketahui kalangan terbatas. Artinya, masyarakat luas masih belum bisa mengetahuinya dengan detail.

Nah, beberapa saat lagi, kisah itu bisa dinikmati kalangan lebih luas. Pihak Bolt berencana me­nerbitkan buku seputar kisah sukses Bolt. Saat ini proses untuk merealisasikan niat tersebut sudah masuk dalam pembicaraan dengan beberapa penerbit yang tertarik memublikasikan buku yang dimaksud.

"Kami sedang melakukan negosiasi buku tentang Usain," ujar Ricky Simms, agen Bolt, kepada Associated Press. "Kami belum dapat mengungkapkan lebih jauh hal itu saat ini," tambahnya.

Banyak hal yang akan dice­ritakan dalam buku tersebut. Tak hanya perjalanan Bolt di garis lintasan, tapi juga kisah hi­dupnya di luar kompetisi. Be­gitu pula kehidupan masa kecilnya dan kedekatannya de­ngan keluarganya.

"Negosiasi tak hanya tentang bagaimana buku tersebut disebarluaskan. Kami juga melakukan pembicaraan tentang semuanya, termasuk isi buku dan berbagai hal pendukungnya," jelas Simms. (ady/diq)

Inspirasi untuk Berprestasi
sumber: Jawapos, 27 Agustus 2009

KIPRAH Usain Bolt hingga ber­tabur rekor terbukti telah memberi inspirasi. Banyak orang mendapatkan motivasi tambahan dalam kehidupan. Bahkan, karena hal itu, Jamika bisa mencapai level atas dalam persaingan di dunia atletik.

Jamaika pulang dari Kejuaraan Du­nia Atletik 2009 dengan torehan tujuh emas, empat perak, dan dua perunggu. Bolt hanya menyumbangkan tiga emas di antaranya. Tapi, empat emas lain yang diperoleh rekan-rekannya terinspirasi dari emas pertama yang diraih Bolt pada nomor 100 meter.

''Usain membuat kami nyaman. Kemenangannya memberikan tambahan motivasi bagi kami. Akan sangat berbeda jika dia mengalami kegagalan besar di nomor 100 meter yang merupakan kekuasaannya,'' tutur Shelly Ann-Fraser yang menyumbangkan emas pada nomor 100 meter wanita.

Hal senada diungkapkan Brigitte Foster-Hylton dan Melaine Wal­ker. Ke­duanya meraih emas di lari ga­wang, Foster-Hylton di 100 meter dan Walker di 400 meter. ''Tim ini sangat beruntung memiliki pri­badi seperti Usain. Dia memberikan kemenangan besar bagi bangsa kami,'' papar Foster-Hylton. (ady/diq)


Tidak ada komentar: