30 Mei 2009

Hepatitis C, Periksa dan Sembuhkan Segera!

Sumber : okezone, Rabu 27 Mei 2009

HEPATITIS C merupakan jenis penyakit yang sangat mudah menular. Edukasi "Ayo Periksa, Sembuhkan Segera" terus dikampanyekan untuk menekan jumlah penderita penyakit ini.

Hepatitis C adalah salah satu jenis infeksi virus pada hati. Infeksi ini dapat mengakibatkan peradangan dan kerusakan hati. Pada sebagian kasus, hepatitis C bisa menjadi sirosis (pengerasan) hati, kanker hati, dan atau kematian akibat gagal hati.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 170 juta penderita hepatitis C di dunia, tujuh juta di antaranya adalah penduduk Indonesia. Sekitar 80 persen dari orang yang baru terinfeksi, penyakitnya akan terus berkembang menjadi infeksi kronis. Sirosis terjadi pada sekitar 10-20 persen penderita hepatitis C kronis, dan kanker hati terjadi pada 1-5 persen penderita hepatitis C kronis dalam kurun waktu 20-30 tahun.

"Sekitar 30 persen dari penderita hepatitis C apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama memiliki kecenderungan terkena penebalan hati (sirosis) dan kanker hati," tutur Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dr Unggul Budihusodo SpPDKGEH.

Semua orang memang berisiko untuk tertular virus hepatitis C. Virus ini dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya transfusi darah, hubungan seks yang tidak aman, tato, tindik, dan injeksi.

Virus hepatitis C juga menyebar lewat kontak langsung dengan darah atau produk darah. Jalur utama penularan melalui transfusi darah yang tidak ditapis dan pemakaian jarum suntik yang tidak steril secara bergantian atau pemakaian berulang.

"Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan penggunaan jarum suntik dan cairan tubuh manusia, seperti petugas kesehatan dan petugas laboratorium, juga termasuk kelompok yang berisiko," tandas Unggul.

Penularan secara seksual dan perinatal dapat pula terjadi, tetapi lebih jarang. Risiko tertular pada anak dari ibu relatif rendah, hanya sekitar 5 persen. Dan yang perlu diingat, virus hepatitis C tidak ditularkan melalui bersin, pelukan, batuk, makanan, air, penggunaan peralatan makanan atau kontak biasa.

Sampai saat ini telah ditemukan tujuh virus yang dinamai menurut abjad, yakni hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT. Perbedaan antara virus hepatitis ini terletak pada perbedaan kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang mereka timbulkan.

Hepatitis C merupakan masalah kesehatan masyarakat karena paling sering berlanjut menjadi hepatitis kronik, sirosis, dan kanker hati primer. Dibandingkan dengan hepatitis B, virus hepatitis C lebih sering menyebabkan penyakit hati menahun. Replikasi atau berkembangbiaknya virus ini sangat produktif dan dapat mencapai 10 triliun kopi virus per hari.

"Infeksi virus hepatitis C telah menjadi suatu pandemik atau wabah global, di mana penderita lebih banyak daripada yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV)," jelas dokter yang berpraktik di RSCM ini.

Virus hepatitis C ini amat variatif secara genetik. Virus ini juga memiliki angka mutasi atau perubahan genetik yang tinggi, sehingga sering muncul virus mutan yang kerap dapat menghindari antibodi tubuh.

Penyakit ini tidak memiliki gejala khusus. Oleh sebab itu, sering juga disebut sebagai infeksi terselubung (silent infection) karena infeksi dini virus hepatitis C sering kali tidak bergejala dan tidak khas sehingga terlewatkan.

"Hepatitis C kronis dikenal sebagai silent killer karena sekitar 90 persen kasusnya hampir tidak bergejala.
Situasi ini meningkatkan risiko penularan hepatitis C tanpa disadari pembawa virus," jelasnya saat menghadiri acara peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Blitzmegaplex, Jakarta, baru-baru ini.

Unggul menyarankan agar segera sadar untuk memeriksakan kesehatan secara mandiri. Hal itu tidak saja penting untuk mencegah penyebaran virus hepatitis C, tetapi juga meningkatkan peluang keberhasilan terapi terhadap peradangan hati menahun akibat infeksi virus tersebut.

"Sebaiknya segera memeriksakan diri jika merasa melakukan sesuatu yang berisiko. Jika tidak berisiko, setidaknya periksa sekali seumur hidup," ucap dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Omni ini.

Tingginya produksi virus bisa memunculkan generasi virus hepatitis C yang beraneka ragam, dan memungkinkan virus ini meloloskan diri dari sergapan sistem kekebalan. Akibatnya, belum ada vaksin yang berhasil dibuat untuk mencegah infeksi virus hepatitis C. Pengobatan infeksi hepatitis C tipe 1 membutuhkan waktu satu tahun, sedangkan infeksi hepatitis C tipe dua dan tiga selama enam bulan.

Tingkat keberhasilan pengobatan virus hepatitis C dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, berat badan, serta jumlah dan tipe virus. Keberhasilan pengobatan infeksi hepatitis C sekitar 85 persen. "Semakin tua semakin susah diobati. Peluang keberhasilan pengobatan pada perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Kelebihan berat badan juga menurunkan tingkat keberhasilan pengobatan," tutur Unggul.

Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Medikolegal dr Rahmi Untoro MPH yang datang menyampaikan sambutan dari Menteri Kesehatan mengatakan, pemerintah telah melakukan pendataan kasus, melakukan surveilans, dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk menanggulangi penyebaran infeksi virus hepatitis.

Peningkatan akses pelayanan yang sudah dilakukan di antaranya kerja sama pemerintah dengan PT Roche Indonesia, di mana telah mengumpulkan data hepatitis C di 21 provinsi dari unit transfusi darah, rumah sakit, dan laboratorium sejak Oktober 2007. "Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat besaran penyakit hepatitis di Indonesia," tutur Rahmi.

Unggul mengatakan, kampanye hepatitis C "Ayo Periksa, Sembuhkan Segera" harus terus dilakukan. "Sekarang mereka yang berisiko dapat segera memeriksakan diri dan mereka yang telah terdiagnosis bisa menjalankan pengobatan," pesannya.

Tidak ada komentar: